Kidung Suoro Suroan Memayu Hayuning Suoro
Waditra Djembe Festival 2019
Tidak terasa hampir setahun berlalu, Waditra Djembe Festival 2018 seolah baru kita lakukan kemarin sore. Banyak sahabat dan kawan yang menanyakan dan juga merindukan, terlepas dari baik atau tidak baiknya penyelenggaraan Waditra Djembe Festival pada tahun lalu. Dengan segala kekurangan, tentunya kita mengaturkan banyak terimakasih kepada semua pihak, masyarakat, pemerintah, tokoh masyarakat, para pengrajin, seniman dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu dan kami tulis secara panjang disini.
Berawal dari “membaca” yang kemudian menjadi sebuah ide gagasan untuk digagas dan dipraktekan secara bersama-sama dengan semangat gotong royong. Pada tahun itu bisa dikatakan masa – masa dimana produk kerajinan kendang jimbe mengalami harga yang kurang membahagiakan atau faktor lain. Bisa dikatakan kendang saat itu mengalami masa sepi. Dengan semangat silaturahmi dan kegotong royongan untuk menuangkan sebuah semangat kebersamaan, akhirnya bersepakat untuk mengadakan event bersama dengan nama “ Waditra Djembe Festifal” Sebuah rangkaian acara yang dilakukan secara bersama-sama bahu membahu untuk membantu satu sama lainya. Diawali dengan penggalangan dana bersama, sama. Merencanakan acara bersama-sama dan mengadakan kerjabakti bersama-sama dan menyelenggarakan event bersama-sama. Bisa dikatakan bahwa event ini merupakan hari rayanya para pengrajin kayu di wilayah sentul dan tanggung sekitarnya. Rangkaian acara pada saat itu antara lain, kenduri, jam session, lomba painting, lombo djembe solo dan grub performance, lomba fotografi, sejarah pengrajin kendang sentul, fashion show, rampak 1000 kendang. Dengan semangat guyub rukon dan menambah paseduluran event pada tahun 2018 sudah kita laksanakan.
Kata dari waditra sendiri merupakan bahasa sansekerta yang mempunyai makna alat music instrument. Dan rangkaian dari kata waditra djembe festival, disusun tidak hanya menonjolkan alat music djembe saja namun sekaligus mengangkat berbagai jenis alat musi kayu lainnya yang di produksi oleh masyarakat Sentul, tanggung dan sekitarnya. Merunut pada sejarah bahwa masyarakat di daerah ini sudah mampu mengembangkan kreatifitas produksi hingga menghasilkan berbagai jenis alat music yang terbuat dari kayu. Diantara alat music kayu yang mungkin bisa di produksi : 1. Kendang jawa, 2. Bedug, 3. Bongo, 4. Kendang djembe, 5. Terbang jros, 6. Marawis, 7. Bas Al Banjari, 8. Bass tangan, 9. Marakas, 10. Horeo, 11. Calty, 12. Darbuka, 13. Kendang trong, 14. Babanon, 15. Tifa, 16. Gitar kecruk, 17. Kastania, 18. Dun dun, 19. Kenkeni, 20. Sangban, 21. Mini dun dun, 22. Kalimba, 23. Horeo, 24. Terbang al habsy, 25. Kentuk, 26. Bedug jedor, 27. Kentongan, 28. Babok, 29. Kempling, 30. Doro, 31.stick drum, 33. Ketipung dangdut, 34. Janggu, 35. Kempro, 36. Otok-otok, 37. Tong drum, 38. Tambour, 39. Tamborin, 40. Horok horok dll.
Tanpa disadari kreatifitas dari warga masyarakat kelurahan sentul ini dinilai sebagai sebuah wilayah yang merupakan sentra pusat industri kerajinan yang memproduksi berbagai jenis alat musik instrument tingkat dunia. Dalam satu kampung bisa menghasilkan berbagai jenis alat musik kayu dan berhasil menembus pasaran internasional. Untuk membangkitkan semangat berkreatifitas bukan hanya dalam sebuah karya fisik namun juga menghasilkan karya berkesenian dan membunyikan berbagai alat musik yang berasal dari kayu ini , maka para pemuda membuat sebuah pementasan yang tergabung dalam sebuah pentas seni yang bernama Waditra Djembe Festival.
Waditra djembe festival diadakan dalam suasan bulan suro atau bulan mmuharam. Dengan momen muharram ini kita mengambil genre “ Kidung Suoro Suroan “ yang memiliki arti music yang dilantunkan di dalam bulan Muharram atau bulan suro. Dengan sub tema “ Memayu Hayuning Suoro” yakni memperindah tampilan berbagai suara yang dihasilkan dari alat music instrument kayu yang dihasilkan dan diproduksi dari kreatifitaas masyarakat sekitar. Yang dalam hal ini pengejawantahannya di ekspresikan dalam berbagai seni music yang akan ditampilkan pada acara waditra djembe festival 2019 antara lain :
- Jedoran
- Tibaan
- Ishari
- Barongsai
- Djembean
- Kendang Jawa/campursarian
Dengan adanya berbagai tampilan pertunjukaan seni music instrument kayu tersebut diatas diharapkan untuk mampu “ memayu hayuning suoro “ yakni memperindah berbagai tampilan suara music sehingga kita bisa menyampaikan sebuah pesan lebih mudah kepada masyarakat tentang tatanan kehidupan.
Dukuh Jurang Sembot kelurahan sentul merupakan sebuah wilayah di kota Blitar sekaligus menjadi tempat digelarnya event ini. Di daerah sini sudah muncul berbagai jenis kesenian, namun seiring dengan perkembangan waktu mengalami titik kevakuman, karena terhelat dengan perkembangan jaman. Kesenian yang sudah lama ada dan perlu ditularkan kepada generasi penerus. Salah satu kesenian yang akan dibangkitkan adalah “jedoran”. Jedoran adalah kesenian music tradisional kuno yang digunakan untuk “melekan” melantunkan syair-syair cinta pembacaan sholawat kepada nabi Muhammad SAW. Namun dengan menggunakan bahasa kuno yang mungkin generasi sekarang belum mampu untuk memahaminya.
Awal mula perkembanganya adalah sekelompok pemuda jurang sembot, ingin mengadakan kesenian jedoran. Disangga dan disponsori oleh mbah Suro ( kakek dari bapak Mardani ) mengutus para pemuda mbah dulrohim ( ayah dari bapak Ajam) , pak marsum dkk, untuk mengambil seperangkat alat jedor di daerah berang kidul ( pantai selatan ) yang konon pada waktu itu masih angker. Perjalanan pengambilan alat jedor ditempuh dengan berjalan kaki dan menggunakan alat pikul seadanya pada waktu itu. Seperangkat alat jedor yang dibawa antara lain
- kentuk
- kempling
- doro
- babok
- kendang jawa
- jedor
dari 6 jenis alat jedor ini merupakan asli sejak pembelian awal pertama kecuali bedug jedor karena sudah diganti dengan jenis bedug jedor baru. Cara memainkan pada jaman dahulu dimulai dari jam 9 biasanya hingga subuh. Ada istilah ngelik atau janen yang merupakan istilah yang artinya pelaku penyanyi atau pelantun syair-syair bacaan sholawat. Untuk janen merupakan nyanyian dengan suara yang sangat tinggi dan tidak semua orang bisa dan harus diajarkan oleh seorang guru.
Permulaan dari jedoran ini adalah mempersiapkan beberapa alat, untuk dipasang tali janget. Yang mempunyai effek gema suara pada alat yang dipukul. Dengan istilah yakni “disentak”. Dan apabila acara usai maka tali akan ditarik kembali.
Perjalanan alat music jedor di dukuh jurang sembot ini sudah menginjak pada generasi kedua. Menurut cerita tabuhan kendang dari generasi pertama, oleh almarhum bapak marsum ( orang tua bapak imam muslih ) ketika dibunyikan terdengar hingga daerah kelurahan ngadirejo. Sedang kan tabuhan kempling dari bapak marsi ( kakek dari mas angga ) bisa terdengar hingga daerah sembot tegal. Menurut pak sus salah satu anggota jedoran yang merupakan putra dari mbah nan. Kondisi saat ini suara terhitung sudah “reget” atau kotor. Sehinga kenyaringan suoro dari jedor tidak bisa terdengar hingga jarak jauh.
Jenis pertunjukan yang akan disajikan lainya adalah barongsai, yang merupakan kesenian dari china. Dalam hal ini alat music yang ditonjolkan adalah bedug kayu atau bedug taiko sekaligus pengiring perntujukan barongsai.
Perntunjukan lainya adalah seni sholawat diba’, yang merupakan kegiatan rutin dari remaja putri dukuh jurang sembot yang diadakan setiap 2 minggu sekali. Untuk jamaah putri biasa tanpa diiring alat music terbang al habsy atau al banjari. Sedangkan jamaah diba’ putra menggunakan alat music antara lain , terbang, tiplak, bass, bass tangan, calty, dan darbuka.
Kegiatan seni yang akan ditampilkan lainya adalah, terbang ishari. Yang seni hadroh dengan menggunakan terbang jros. Dan diikuti gerakan tangan oleh beberapa anggota jamaah.
Pada kegiatan waditra djembe ini menarik beberapa seniman luar kota blitar, untuk berkenan hadir dan bergabung dalam acara ini. Karena blitar dikenal sebagai sentra produk kerajinan alat music djembe. Dengan adanya acara ini diharapkan muncul semangan baru , semangat kegotong royongan, guyub rukun dan srawung antara sedulur djembe baik antara pengrajin, atau antara seniman dan masyarakat. Untuk konsep pertunjukan djembe biasa digagas oleh teman teman yang datang dan bergabung pada saat hari event. Ini sebuah bukti kebersamaan dan persaudaraan, ketika berkumpul akan menghasilkan sebuah karya.
Dalam rangkaian acara ini akan diadakan juga manggulan acara kenduri sederhana, pawai mini karnaval sepanjang gg kyai jamal dan sekaligu ada pemaparan diskusi dari kantor kecamatan kepanjen kidul kota blitar.
Harapan kami kegiatan ini membawa manfaat dan barokah, khususnya warga jurang sembot dan umumnya masyarakat Indonesia. Memayu Hayuning Suoro. Wollohu a’alam bissowab.
Semat Beach, 2019