Sesaji Tak Selalu Identik Dengan Memedi

Sesaji Tak Selalu Identik Dengan Memedi

Pentingnya Literasi Budaya untuk kalangan Muda Generasi penerus Bangsa

 

Sesaji Tak Selalu Identik Dengan MemediSemerbak harum aroma dupa bertebarang di sekitar pelataran Candi Palah atau candi penataran. Juga dipenuhi dengan pengunjung yang berpakaian adat jawa dan juga pengunjung yang sedang berwisata. Pemandangan pakaian adat jawa cukup mendominasi terutama bagi peserta kegiatan rangkaian Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong Royong XI/2022. Beberapa peserta saat itu berdatangan dari beberapa daerah terutama wilayah segitiga emas, yakni Kediri, Tulungagung, dan Malang. Mereka sedang mempersiapkan sebuah sesaji yang dirangkai sedemikian rupa untuk mengikuti lomba sesaji sebagai rangkaian kegiatan Kirab Tumpeng Agung Nusantara. Sebelumnya terdapat kegiatan jamasan, ruwatan, dan acara inti Kirab Tumpeng Agung yang akan berlangsung besok senin 27 Juni 2022.

Acara ini terselenggara oleh Lembaga Pelindung dan Pelestari Budaya Nusantara (LP2BN) dan tentunya bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dan rencananya pada acara puncak akan dihadiri oleh Pak Hasto dan Ibu Puan Maharani. Yakni pada acara Kirab Tumpeng Agung Nusantara yang akan diarak dari Situs Balekambang menuju Candi Palah Penataran dan akan diikuti oleh 1000 barong jawa timur.

Lomba sesaji ungkap Sri Umma sebagai ketua kegiatan Lomba sesaji, prihatin terhadap generasi muda saat ini yang kurang memahami arti dan makna sesaji. Sesaji bagi anggapan generasi muda saat ini hanya sebagai tradisi saja. Bahkan yang lebih memprihatinkan ketika sesaji dipopulerkan melalui film-film sebagai sesuatu hal yang berkaitan dengan dunia mistis atau perdemitan. Dan ini tentu saja memberikan pengertian yang jauh berbeda dengan makna sesaji yang sesungguhnya. Dengan dasar inilah diadakan lomba sesaji dalam rangkaian acara Kirab Tumpeng Agung Nusantara. Lomba ini adalah sebagai titik awal literasi budaya tentang sesaji yang ada di jawa. Menurut Sri Umma jenis sesaji ada sekitar 98 jenis sesaji dan yang dilombakan saat ini mencangkup 5 item saja. 5 item sesaji tersebut Yakni :

  1. Damar kambang – sebagai symbol sinarnya gusti
  2. Cok Bakal – awal mula hidup manusia
  3. Panca Warna
  4. Kembang Telon
  5. Tumpeng Buceng

Tiap daerah mempunyai sajian yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainya. Begitu pula dengan tinjauan filosofisnya. Jika tidak diangkat dan disajikan kepada masyarakat umum sekaligus dijadikan sebagai literasi budaya. Maka tentu lama kelamaan akan tergerus dan menjadi hilang. Makna sesaji menjadi berubah atau bahkan menjadi hilang yang hanya dianggap sebagai sebuah tradisi yang tidak perlu diikuti dan dilestarikan.

Makna sesaji sebagai bentuk terimakasih / rasa syukur kepada ibu pertiwi dan sekaligus jasa para leluhur sehingga menjadikan kita ada pada saat ini. Inilah sebuah makna sesaji dan menjadi budaya kita yang perlu kita pahami dan pelajari. Ungkap Sri Umma bahwa budaya adalah sebuah tiang bangsa. Jangan sampai kita terusir karena kita tidak mempertahankan budaya kita. Atau bahkan budaya kita tergerus dan hilang karena pengaruh dari budaya asing. Hal ini sudah mulai terbukti dengan pergerseran-pergeseran makna dari sesaji yang dikampanyekan melalui film-film sebagai tradisi saja dan sesuatu hal yang berkaitan dengan perdemitan.

Inilah yang menjadi tugas kita bersama untuk mempelajari dan melestarikan budaya kita, budaya jawa dan terkait dengan makna dan filosofi sesaji di kalangan para generasi muda. Patut berbangga pada acara lomba sesaji ini juga ikut andil dan berpartisipasi dari kalangan muda yang masih berusia SMP. Kedepan acara lomba sesaji ini akan diperbaiki lagi dan disempurnakan lagi agar lebih menarik. Rencana akan diadakan setiap tiga bulan sekali. Semoga kalangan generasi muda tetap mempelajari dan melestarikan budaya di negeri nuswantara ini.

Rahayu rahayu rahayu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *